Makalah Tentang kerajaan tarumanegara
MAKALAH
KERAJAAN
TARUMANEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kerajaan - kerajaan di Indonesia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan menjadi bentuk-bentuk kesatuan besar. Perkembangan dan pertumbuhan
tersebut tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti
Hindu, Budha, dan Islam. Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut telah mewarnai
sejarah kerajaan di Indonesia. Kerajaan-kerajaan di Indonesia sangat banyak
memberikan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindulah yang pertama
masuk ke Indonesia dengan diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus
berkembang sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Sedangkan kerajaan Islam
di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya
lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India,
Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan
wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara?
2.
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ?
3.
Bagaimana Letak dan wilayah kekuasaan ?
4.
Bagaimana kehidupan Masyarakat Tarumanagara ?
5.
Bagaimana keruntuhan Kerajaan Tarumanegara ?
C.
TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
Makalah Tarumanegara ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta melengkapi proses perkuliahan pada Mata Kuliah Kerajaan Indonesia Kuno di Prodi Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH BERDIRINYA
KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan Terumanegara dibangun oleh raja Jayasinghawarman ketika
memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh
yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan
baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama
Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum,
yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet
kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar
Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas
ekspor dan merupakan devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja
mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan
kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan
gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti , sayangnya
tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara
berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia-sia.
Setelahnya ke Cina untuk mempelajari hubungan Cina dengan Indonesia dimasa lampau
mereka menemukan naskah-naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina
menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan
ke Cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat disimpulkan
Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
Masa kejayaan Tarumanegara diperkirakan berada pada tahun 395-434,
saat diperintah oleh Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun
397. Ibukota ini letaknya lebih dekat ke pantai dan terkenal dengan nama
Sundapura.
Di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 kerajaan daerah di
bawah Tarumanegara. Wilayahnya terletak mulai dari sekitar Pandeglang (Rajatapura ) hingga Purwalingga (diduga inilah asal
usul nama kota Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara umum wilayah kekuasaan
meliputi hampir seluruh Jawa Barat; dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon
Pada masa Suryawarman berkuasa lebih banyak lagi kerajaan daerah
yang dibangun. Pada tahun 526 misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman,
mendirikan kerajaan Kendan, yang terletak di kawasan Nagreg, wilayah perbatasan
Bandung-Garut sekarang. Lalu pada masa Kertawarman (561-628) berdiri pula
Kerajaan Galuh.
B. SUMBER SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun
(Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di
pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat
lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti
terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama anustubh
(Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi Jawa
kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam adanya hubungan dengan
prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini
ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini
(bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
b. Prasasti Jambu/ Pasir Koleangkak
Di
temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor.
Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah
pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane
nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’
gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang
tiada taranya- yang termashur Sri Purnnawarman- yang sekali waktu( memerintah)
di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus
senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil
menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri
dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
Dari
Prasasti diatas kita dapat keterangan bahwa Purnawarman suka memakai Warman
(baju Zirah/Besi) yang tidak dapat ditembus senjata. Dari itu juga kita tahu
dia sering berperang dan menggempur kota – kota musuhnya.
c. Prasasti
Kebon Kopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat
dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Bunyinya
sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/
vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’
Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma
(yang) agung dalam….dan(?) kejayaan’’
d. Prasasti Tugu (Tugu,
Jakarta)
Merupakan
prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya dipahatkan
pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar.
Yang
khas dari prasasti ini adalah:Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab,
yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
· Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan
anasir penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan
phalguna dan caitra yang bertepatan dengan bulan Februari- April.
·
Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati
1000 ekor sapi yang dihadiahkan
·
Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
·
Candrabhaga merupakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah
sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha
dapat diartikan menjadi bekasi = Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi =
Candra = Bulan), yang diduga pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu
sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu
(kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya
ke laut setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam
tahun keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang
berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji
segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan
berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah
tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan
ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan
disudahi pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja, sedang
galian itu panjangnya 6.122 tumbak (12 km). Selamatan baginya dilakukan oleh
para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
Pembuatan
galian tersebut yang jelas untuk pengairan sawah dan pengantisipasi banjir.
Dari sini kita lihat Purnawarman raja yang memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Penggalian ini juga memeperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian ini juga
memperlihatkan bahwa pengetahuan bertani Tarumanegara sudah cukup maju. Menurut
para ahli sejarah, kemungkinan besar sungai yang digali adalah terusan untuk
membantu pengaliran sungai Bekasi, sebab disebutkan sungai Candrabagha. Menurut
Prof. Purbacaraka Chandrabagha dapat diartikan menjadi bekasi = Bhagasasi =
Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan)
Selaian
itu Prasasti tugu ini. Mempunyai unsur penanggalan tetapi tidak memakau angka
tahun. Dalam Prasasti tugu terdapat kata Phalaguna dan Carita. Yaitu bulan yang
bertepatan dengan pebruari – april dalam tarikh Masehi
e. Prasasti Pasir Awi
(Pasir Awi, Bogor)
Tertulis dalam aksara
ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat gambar tapak kaki.
f. Prasasti Muara Cianten
(muara Cianten, Bogor)
Prasasti
ini di temukan di muara Cianten Bogor , prasasti ini
juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat diartikan sebab
tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang diketahui tentang isinya.
g. Prasasti Cidanghiang
atau Lebak
Ditemukan
di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul, kabupaten
Pandeglang, Banten. Prasasti
Cidanghiyang dilaporkan pertama kali oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas
Purbakala tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertama kali tahun 1954 dan berisi dua baris
aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra
(mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah
tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja
dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
Dari
Prasasti ini kita bisa tahu rupanya Raja Purnawarman seorang raja yang perkasa
yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Dia banyak menaklukan raja – raja
di daerah sekitarnya.
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan
ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat
Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal
dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman.
Arca ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja,
Siam dan Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu Cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat
kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
-
Jenis batu yang digunakan
-
Bentuk arca dan laksananya
-
Bentuk badan
-
Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia
adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa)
tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya disebutkan rakyat
Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak dijumpainya adalah Brahmana. Fa
Hien juga menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata
pencaharian bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa.
Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ Taluma menurut Fa
hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain
berita Fa Hien keberadaan Taruma juga diperkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa
tahun 528 dan 535 datang utusan dari Negeri Tolomo yang terletak disebelah
selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita
dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan
nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di Lautan Selatan,
sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana
disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/
Walaing. Daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak,
cula badak dan gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu
dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.
C.
LETAK DAN WILAYAH KEKUASAAN
Dari sumber – sumber di atas dapat disimpulkan bahwa Tarumanegara
terletak di Jawa Barat. Pusatnya belum dapat dipastikan, namun para ahli
menduga kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira – kira anatar sungai Citarum
dan sungai Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi
daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta (Naskah
Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun
oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia
Wangsakerta".)
Raja-raja
Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
D.
KEHIDUPAN MASYARAKAT
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah
berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti
Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah
kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali
ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan
sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga
sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.
3. Kehidupan
Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat,
karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana
lalu-lintas pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan
dunia luar. Juga perdagangan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya,
kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan
huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran
Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada
saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan
prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis
menulis di kerajaan Tarumanegara.
Segi yang sangat penting didalam kehidupan suatu masyarakat,
adalah mata pencaharian masyarakat pada saat itu. Berdasarkan bukti-bukti dan
sumber yang ada sampai saat ini, dapatlah diduga bagaimana kira-kira mata
pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara. Kalau dugaan tentang
barang-barang dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima, maka
kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan
dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara disamping
pertanian, pelayaran, dan perternakan.
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang
perdagangan cula badak dan gading gajah, sedangkan gajah dan badak adalah hewan
liar. Dari situlah disimpulkan untuk mendapatkan itu, mereka harus berburu. Sedang
perikanan, pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu. Untuk pertambangan, kita
peroleh dari perdagangan mas dan perak . Jelaslah telah disebutkan berulang
kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat itu . Pada prasasti
tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahun ke dua pulah
dua tahun pemerintahan Raja Purnawarman. Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir
yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat
dari batu yang erat hubunganya dengan pertanian. Sedangkan perternakan belum
tau adanya bukti. Mengenai pelayaran, barang kali ini tidak usah disangsikan
lagi, karena letak Tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara,
membuat adanya keterampilan penduduknya dibidang pelayaran .
Untuk teknologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu
mereka telah mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari
mayang, nira dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu adalah
beras, selain beras mereka makan buah –buahan serta daging .
Pada saat itu perhubungan Tarumanegara dengan kerajaan lain
menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan
adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan. Rupanya selain untuk hadiah
kepada kaum Brahmana dan pertanian, hewan ini juga dipergunakan untuk melakukan
hubungan dalam negeri, dari satu tempat ke tempat lain, yang tidak terlalu
berjauhan letaknya.
Berdasarkan sumber-sumber yang sangat tidak lengkap itu, dapat
diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu,
pedagang pelaut ,nelayan, dan peternak walaupun demikian, tidak dapat
dipastikan, bagaimana pembagian kerja itu dilakukan. Ditinjau dari segi budaya,
golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya hindu dan
golongan masyarakat berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa
dan bahasa sansekerta pada masa itu. Namun berita dari Cina menyebutkan adanya
suatu bahasa dengan nama kwun lun yang digunakan baik di Jawa maupun di
Sumatra. Kwunlun ini adalah bahasa
Indonesia yang tercampur dengan bahasa sansekerta.
Dari berita fa – shien jelas, bahwa pada awal abad ke 5 di
Tarumanagara terdapat tiga macam agama, yaitu agama Budha, Hindu dan agama yang
kotor dan dari ketiga agama tersebut agama Hindulah yang paling banyak karena
diperkuat dengan berbagai macam prasasti yang ditemukan. Antara lain Prasasti Tugu,
Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Kolengkak. Apa yang kita ketahui tentang agama Budha
di Tarumanegara, sama sekali terbatas kepada berita Fa shien yang mengatakan
bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama Budha termasuk dia.
Agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke
Indonesia .
Lapisan masyarakat Tarumanegara di duga terdiri dari:
1. Keluarga raja dan kaum bangsawan (pangeran) yang memerintah
kerajaan
2. Kaum Brahmana yang memimpin upacara agama dan mengembangkan
agama Hindu
3. Rakyat yang terdiri dari pemburu, pedagang, petani, pelayar,
penambang, peternak
4. Budak - budak
Agama yang dianut adalah:
1.
Agama Hindu seperti yang di anut Purnawarman
2.
Agama Budha meskipun hanya sedikit
3.
penganut animisme dan dinamisme
E.
KERUNTUHAN KERAJAAN
TARUMANEGARA
Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang
puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda
dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa
pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada
Tarusbawa. Ia memilih mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya merupakan
kerajaan daerah yang berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan
kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini, kerajaan lain bernama Kerajaan Galuh
memutuskan untuk berpisah dari Kerajaan Sunda. Akhirnya wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara
dibagi menjadi dua, sehingga kekuatan kerajaan Tarumanagara menjadi lemah.
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang
Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti Kedukan Bukit yang
ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan
683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri
Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000
tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai
Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang
menjadi tempat penting untuk pusat ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena
kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan
Palembang, maka kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga
dengan mudah memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari Makalah Kerajaan Taruma Negara ini dapat di tarik kesimpulan bahwa, pengaruh
kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran
Hindu – Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi,
sosial budaya dan lain sebaginya.
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini
terlihat dari peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil
jiplakan kebudayaan India
Meskipun corak dan sifat kebudayaan dipengaruhi India. Namun dalam
perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri.
B.
SARAN
Dari keberadaanya kerajaan Tarumanegara di wilayah kita pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat diwujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta didorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita.
Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama –
sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan
kita semua.