ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI
DALAM ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang berjudul “ ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI
DALAM ISLAM ” ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Banjar, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
ALIRAN SYIAH, KHAWARIJ,
MURJIAH DAN MU’TAZILAH
A. Aliran Syiah............................................................................................. 3
B. Aliran Khawarij....................................................................................... 4
C. Aliran Murji’ah........................................................................................ 6
F. Aliran Muktazilah...................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
B.
Latar
Belakang
Teologi
Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru muncul sekitar
abad ke-3 Hijriah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek akidah atau teologi
tidak mendapat perhatian dalam ajaran Islam atau ilmu-limu keIslaman, bahkan
sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah merupakan inti ajarannya.
Pada
waktu itu umat Islam masih bersatu dalam segala persoalan pokok akidah, bersatu
dalam memahaminya. Umat Islam waktu itu tidak pernah berkeinginan untuk mengungkit persoalan akidah yang telah
tertanam dan berakar kuat di hati umat Islam.
Umat
Islam terus mengisi ruangan sejarah yang terus berjalan hingga sejarah itu
sendiri memproduk beberapa persoalan yang muncul kemudian yang harus dihadapi
umat Islam. Termasuk dengan munculnya persoalan-persoalan dalam masalah-masalah
teologi.
Kemunculan
persoalan aliran-aliran dalam Islam pada awalnya dipicu oleh persoalan politik
yang menyangkut peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berbuntut pada
penolakan Mu’awiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi
perang Siffin yang berakhir pada keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash, utusan dari pihak Mu’awiah
dalam peristiwa tahkim, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh
sebagian tentaranya. Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat
salah sehingga mereka meninggalkan
barisannya. Dan mereka inilah yang disebut dengan Khawarij dan menjadi aliran
Khawarij.
Apa
yang terjadi antara para sahabat r.a. berupa berbagai peperangan dan
perselisihan semuanya berlangsung setelah masa nabi Saw. dan masa khalifah yang
tiga. Semuanya itu berlangsung hanya pada masa Ali ibnu Abi Tholib, tidak pada
semua masa khalifah Rasyidin, dan lebih khusus lagi hanya terjadi pada sebagian
kecil periode kekhalifahannya. Konflik, perselisihan, dan peperangan terjadi
karena pada dasarnya mereka menginginkan kebenaran dan bersemangat membela
kebenaran meskiun mesti mengorbankan harta dan jiwa demi terwujudnya kebenaran
serta hilangnya kebathilan
Mereka
yang tetap mendukung Ali disebut Syiah dan menjadi aliran Syiah. Sedangkan
sekelompok kaum yang tidak mendukung maupun menolak ke dua golongan tersebut
baik kelompok Ali maupun kelompok Muawiyah dan mereka beranggapan segala hukum
dikembalikan kepada Allah, kelompok ini disebut dengan Murji’ah. Mutazilah
sendiri baru muncul setelah ke tiga golongan ini. Ke empat golongan ini
mempunyai latar belakang dan pemikiran yang berbeda-beda bahkan bertolak
belakang. Sasaran perbedaan yang pertama mengenai politik Islam berimbas kepada
permasalahan akidah, bahkan ketauhidan sendiri menjadi ajang perdebatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
ALIRAN
SYIAH, KHAWARIJ, MURJIAH DAN MU’TAZILAH
A. Aliran Syiah
Syiah
adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw. wafat. Para penulis
sejarah Islam berbeda pendapat mengenai awal mula golongan syiah. Sebagian
menganggap Syiah lahir setelah Nabi Muhammad saw. wafat, yaitu pada suatu
perebutan kekuasaan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Pendapat
yang paling popular tentang lahirnya golongan Syiah adalh setelah gagalnya
perundingan antara Ali bin Abi Talib a Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin.
Perundingan ini diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu,
sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari
pasukan Ali. Mereka itu disebut golongan Khawarij atau orang-orang yang keluar,
sedangkan sebagian besar pasukan yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah atau
pengikut Ali.
Beberapa
sekte aliran Syiah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Sekte Kaisaniyah
Kaisiniyah
adalah sekte Syiah yang mempercayai Muhammad bin Hanafiah sebagai pemimpin
setelah Husein bin Ali wafat. nama Kaisaniyah diambil dari nama seorang budak
Ali yang bernama Kaisan.
2. Sekte Zaidiah
Sekte
ini mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin sebagai
pemimpin setelah Husein Bin Ali wafat. dalam Syiah Zaidiyah, seseorang dapat diangkat
sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah
keturunan Fatimah binti Muhammad saw. berpengatuhan luas tentang agama,
hidupnya hanya untuk beribadah, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat
senjata, dan berani. Selain itu sekte ini mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan
Umar bin Khattab.
3. Sekte Imamiyah
Sekte
ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. telah menunjuk Ali
bin Abi Thalib menjadinpemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan
petunjuk yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, sekte ini tidak mengakui
kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa
golongan. Golongan terbesar adalah golongan Isna Asy’ariyah ata Syiah Duabelas.
Golongan kedua terbesar adalah golongan Ismailiyah.
B. Aliran Khawarij
1. Pengertian
(Arab:
اجروخ baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang Keluar")
ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya
mengakui kekuasaan Ali bin Abi Tholib, lalu menolaknya. Pertama kali muncul
pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah yang kini ada di Irak selatan,
dan merupakan bentuk yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah.
Disebut
atau dinamakan Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan
pemimpin kaum muslimin. (Fat, juz 12 hal. 283)
Awal
keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman Amirul Mu'minin
Al Kholifatur Rosyid Ali bin Abi ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka
berkumpul disuatu tempat yang disebut Khouro (satu tempat di daerah Kufah).
Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah. (Mu'jam Al-Buldan li
Yaqut Al-Hamawi juz 2 hal. 245)
Menurut keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali
dan Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk kepada hukum-hukum Allah yang
tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44 yang artinya,” Barangsiapa tidak
memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang
kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang menyetujui
tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk
Al-Qur’an.
Dalam
aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah,
an-Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.
2. Doktrin-Doktrin Khawarij
Di
antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah sebagai berikut :
1. Khalifah
atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
2. Khalifah
tidak harus berasal dari keturunan Arab
3. Khalifah
dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan
syari’at Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau harus melakukan
kezaliman.
4. Khalifah
sebelum Ali r.a (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah 7 tahun
dari masa kekhalifahannya, Utsman dianggap telah menyeleweng.
5. Khalifah
Ali adalah sah, tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), beliau dianggap
telah menyeleweng.
6. Pasukan
perang Jamal yang melawan Ali juga kafir.
7. Menjatuhkan
hukum musyrik kepada anak-anak kaum musyrikin, dan bahwa mereka juga kekal di
dalam neraka bersama orang tuanya.
8. Seseorang
yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Bahkan
yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat
menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan juga.uruk harus masuk
ke neraka
9. Boleh
membunuh perempuan dan anak-anak kaum muslimin yang berbeda pendapat dengan
mereka.
10. Setiap
muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak mau
bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-harb (negara musuh),
sedang golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-Islam (negara
Islam).
11. Seseorang
harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
12. Adanya
Wa’ad dan Wa’id (orang baik harus masuk surga, orang jahat harus masuk neraka).
13. Adanya
Amar ma’ruf Nahi Munkar
14. Memalingkan
yat-ayat al-Qur’an yang tampak mutasayabihat.
15. Quran
adalah makhluk
16. Manusia
bebas memutuskan perbuatannya, bukan dari Tuhan.
C. Aliran Murji’ah
Aliran
ini disebut juga Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan
konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum Khawarij
pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu,
mereka tidak ingin smengeluarkan pendapat entang siapa syang benar dan
dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu.
Dalam
perkembangannya, aliran initernyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan
teologis yang muncul pada waktu itu.ketika itu terjadi perdebatan mengenai
hukum orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah berpendapat bahwa orang yang
berdosa besar tidak dapat dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad saw. sebagai rasul. Pendapat ini merupakan
lawan dari pendapat kaum Khawarij yang menyatakan bahwa orang Islam yang
berdosa besar hukumnya kafir.
Dalam
perjalanan sejarahnya, aliran ini aliran ini terpecah menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat
adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf.
Kelompok ekstrem terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya adalah
al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-Ubaidiyah, al-Gailaniyah,
as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.
Sementara
itu, Abu A’la al-Maududi menyebutkan 2 doktrin pokok ajaran Mur’jiah, yaitu :
1. Iman
adalah percaya kepadaAllah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan tidak
merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang
tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardhukan dan
melakukan dosa besar.
2. Dasar
keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman, setiap maksiat tidak
dapat mendatangkan mudharat ataupun gangguan atas seseorang untuk mendapatkan
pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati
dalam keadaan akidah tauhid.
F.
Aliran Muktazilah
1. Latar Belakang
Aliran
ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran
Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat
ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama
terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil
mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin
dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.
Aliran
Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang
lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak
memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah
menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri,
lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada
awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran
Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu
disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah
aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW
dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan
Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
2.
Doktrin Mutazilah
Aliran
Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran
pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut
pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut
aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan
wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya,
tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi
daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut
Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam
sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang
yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di
Antara Dua Posisi).
Pemahaman
ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan
dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia
dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada
orang kafir.
e.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran).
Dalam
prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi
yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada
kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
3. Kemunduran Aliran Mu’tazilah
Sesudah
peristiwa mihnah, pengingkaran Mu’tazilah terhadap kesucian al-Qur’an,
penyiksaan dan pemaksaan yang mereka lakukan, ditambah lagi ketamakan mereka
pada harta, pangkat dan kedudukan, ummat Islam menjadi benci kepada kelompok
ini. Dan ketika masa khalifah al-Mutawakkil tiba (234H), beliau lantas
mengumumkan ketidaksahan pendapat mengenai kemakhlukan al-Qur’an. Beliau
mengambil keputusan ini karena melihat besarnya sikap penolakan mayoritas
masyarakatnya terhadap mazhab mu’tazilah, serta berbagai macam polemik negara
yang disebabkan oleh hal ini.
BAB
III
PENUTUP
C.
Kesimpulan
Dalam
Makalah ini dapat disimpulkan bahwa
, Syiah adalah salah satu aliran
dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan keturunannya sebagai pemimpin
Islam setelah Nabi saw. wafat
Khawarij
berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan
semata-mata untuk berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij
muncul karena persoalan politik, tetapi dalam perkembangannya golongan ini
banyak berbicara masalah teologis
Aliran
Murji’ah bisa bernama Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan
konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum Khawarij
pada hari perhitungan kelak.
Aliran
Qadariyah yang menganggap bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak
diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul
Nama
Jabariyah pada aliran Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung sarti
memaksa. Smenurut al-Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah.
Aliran
Mu’tazilah muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan
aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
Ahlussunah
waljama’ah dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syiah. Dalam pengertian
ini, Mu’tazilah sebagaimana juga Asy’ariya masuk dalam barisan sunni. Sunni
dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan
merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak dipakai setalah
munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah.
D.
Saran
Saran dari Makalah ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI
DALAM ISLAM ini adalah Perbedaan dan
perpecahan tentu tidak bisa kita hindari karena berbagai sebab, akan
tetapi jangan sampai perbedaan tersebut memicu untuk saling merendahkan satu
sama lain dan hanya menganggap kelompoknya yang paling benar dan menyalahkan
kelompok lain atau bahkan mengkafirkannya. Oleh karena itu, sangat diperlukan
perhatian kita mengenai hal ini untuk mengetahui bagaimana solusinya dan salah
satu solusinya adalah dengan meneliti hadits tentang perpecahan ummat Islam
menjadi 73 golongan mulai dari sanad, matan, dan pendapat ulama mengenai hadis
tersebut. Dari penelitian hadis tersebut, maka kita akan mengetahui kehujjahan
hadis terpecahnya umat Rasulullah menjadi 73 golongan dan tidak memahaminya
secara parsial atau setengah-setengah.
Jika sobat kurang mengerti dengan yang dibahas pada makalah ini, sobat dapat membaca artikel penuh mengenai pembahasan di atas, baca dalam artikel ini : Aliran-aliran teologi dalam islam