BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah - Kolintang atau kulintang adalah alat musik khas daerah
Minahasa, Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun
kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi
fiber paralel.kolintang juga mengandung nilai-nilai religious yaitu menjadi
salah satu penyebab masuknya agama Kristen di minahasa sampai sekarang .
Beberapa group terkenal seperti Kadoodan, Tamporok, Mawenang yang sudah eksis
lebih dari 35 tahun.Pembuat kolintang tersebar di Minahasa dan di pulau
Jawa,salah satu pembuat kolintang yang terkenal Petrus Kaseke.
1.2 Rumusan masalah
- Bagaimana sejarah perkembangan dari ALAT MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG ?
- Sebutkan jenis-jenis alatnya dan Bagaimana cara memainkanya ?
- Apa fungsi Musik Tradisional Kolintang
- Bagaimana Peran musik kolintang ?
1.3 Tujuan
Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran SENI BUDAYA dan untuk belajar tentang MUSIK TRADISIONAL
KOLINTANG.
- Untuk mengetahui sejarah dari KOLINTANG
- Untuk menambah pengetahuan tentang musik tradisional
- Untuk agar lebih mengenal siapa tokoh dari music tradisonal kolintang
- Agar kita tahu jenis-jenis alat musiknya
- Agar kita bisa tahu cara memainkanya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH & PERKEMBANGANNYA
Kolintang merupakan alat musik khas
dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika
dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai
nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik
atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya
tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah),
Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa
untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting
Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan
itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya
dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan
berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau
kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan
penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa
(th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh
rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan
tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan
dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama
kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir
menghilang sama sekali selama ± 100th.
Sesudah Perang Dunia II, barulah
kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang
menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya
terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2
oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti
gitar, ukulele dan stringbas.
Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2
½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada
1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci
(Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan
pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan
jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.
Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch
penuh.
2.2 JENIS-JENIS ALAT MUSIK KOLINTANG
DAN CARA MEMAINKANYA
Alat musik kolintang termasuk jenis
instrument perkusi yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Alat musik itu
disebut kolintang karena apabila di pukul berbunyi : Tong-Ting –Tang.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemain
yang duduk selonjor di lantai.dan dipukul pukul.
Fungsi kaki sebagai tumpuan bilah
bilah kayu(wilahan/tuts) kemudian diganti dua potong batang pisang atau dua utas
tali. Konon penggunaan peti resonator sebagai pengganti batang pisang mulai di
gunakan sesudah Pangeran Diponegoro di buang ke Menado (tahun 1830) yang
membawa serta “gambang” gamelannya.
Dahulunya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer di atas kedua kaki pemain
yang duduk membujur lurus ke depan di atas tanah. Kemudian kedua kaki pemain
diganti dengan batang pisang atau kadang-kadang diganti dengan tali. Penggunaan
peti resonator mulai diterapkan pada saat Pangeran Diponegoro dibuang ke Manado
tahun 1830, konon peralatan gamelan ikut dibawa rombongan ini.
Pada mulanya kolintang terdiri dari satu melodi dengan
susunan nada diatonis, berjarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai
alat-alat string seperti gitar, ukulele, dan stringbas. Tahun 1954 kolintang
dibuat 2 setengah oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah naik menjadi
tiga setengah oktaf (1 kruis, naturel, dan 1 mol) dan bisa dimainkan 2 orang
pada satu alat. Pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas
alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara),
maupun penampilan. Saat ini kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 oktaf dengan
chromatisch penuh.
Sebuah kolintang mempunyai 14-21
bilah kayu yang panjangnya sekitar 30-100 cm. Kayu yang lebih pendek
menghasilkan tangga lagu (not) yang tinggi, sebaliknya kayu yang panjang
menghasilkan not yang rendah. Kayunya adalah kayu lokal seperti, kayu telur,
bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi
cukup padat dan serat kayunya disusun agar membentuk garis sejajar). Dalam
perkembangannya saat ini, kayu yang bagus digunakan adalah kayu waru gunung dan
kayu cempaka.
Kolintang sendiri ada 4 tipe, yaitu: soprano, alto, tenor,
dan bas.
Permainan musik kolintang tidaklah
individual. Dibutuhkan minimal 6 orang pemain musik, lebih lengkapnya
dibutuhkan 9 orang. Satu set kolintang terdiri dari: melodi (kolintang 1),
pengiring kecil (banjo kolintang), pengiring menengah (ukulele
kolintang), pengiring besar 1 (gitar kolintang 1), pengiring besar 2 (gitar
kolintang 2), bas kecil (sello kolintang), bas normal (bas kolintang), selain
itu juga dilengkapi kotak dan pemukul serta tutup kolintang.
Perkembangan kolintang tampil
sebagai alat musik tradisional Indonesia di dunia cukup baik. Banyak kelompok
musik yang memainkan kolintang di luar seperti Singapura, Australia, Belanda,
Jerman, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Pemesanan
terhadap kolintang pun banyak berdatangan dari luar seperti Australia, Cina,
Korea Selatan, Hong Kong, dan lain-lain. Permainan musik kolintang banyak
ditampilkan untuk pagelaran-pagelaran seni, pesta pernikahan, upacara
penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, dan acara pertandingan. Harmoni dari
berbagai nada terdengar indah dan memukau pendengarnya.
Setiap alat memiliki nama yang lazim
dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa
tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan
untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk
kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap.
Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:
B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua -
Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner - Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu
M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody 3 = Ina taweng.
Petrus kaseke menamakan alat alat kolintang berdasarkan karakteristik
suara dan rentang nada:
1.Melody sebagai penentu lagu
2.Alto sebagai pengiring (accompanion) bernada tinggi
3.Tenor sebagai pengiring (accompanion) bernada rendah
4.Cello sebagai penentu irama dan gabungan accompanion
dengan bass
5.Bass sebagai penghasil nada nada rendah.
Alasan pemberian nama diambil dari pengalamannya memimpin
paduan suara dimana suara perempuan yang tinggi dan suara laki laki yang lebih
rendah dibagi menjadi : sopran,alto,tenor dan bass.
Evert van lesar : dari Ikatan
Pelatih Musik Kolintang Jakarta pada tahun 1996 mempopulerkan nama nama alat
kolintang yang menggali dari bahasa daerah di Minahasa seperti:
Melody= Ina taweng artinya “ibu”
Tenor = Karua artinya "kedua”
Alto = katelu artinya “ketiga”
Cello = sella
Bass = loway artinya “anak laki laki yang berbadan besar”
Penamaan alat kolintang versi lainnya
adalah dengan substitusi dari alat musik yang sudah ada.
Tenor = gitar ( dengan wilayah nada yang di tone sepadan
dengan senar gitar terendah dan tertinggi)
Alto = Banjo (ukulele)
MELODY
Fungsi pembawa lagu, dapat disamakan
dengan melody gitar, biola, xylophone, atau vibraphone. Hanya saja dikarenakan
suaranya kurang panjang, maka pada nada yang dinginkan; harus ditahan dengan
cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya menggunakan dua pemukul, maka
salah satu melody pokok yang lain kombinasinya sama dengan orang menyanyi duet
atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada dua melody, maka dapat
digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan begitu dapat mengimbangi
pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga dimainkan dengan cara
memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda. Atau salah satu melody
memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.
CELLO
Bersama melody dapat disamakan
dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti dengan melody, tangan kiki
pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada cello memegang pemukul no.1
berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan berfungsi pengiring (pemukul no.2
dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut dengan Contra Bas. Jika
dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan lebih mudah bila memakai
dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3 sudah ada pada tenor
maupun alto.
TENOR I & ALTO I: Keenam buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar
gitar.
TENOR II (GITAR) :Sama dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada
rendah.
ALTO II & BANJO: Sebagai ukulele dan "cuk" pada orkes keroncong.
ALTO III (UKULELE) : Pada kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada
tinggi. Maka pemukul alto III akan lebih baik jika tidak berkaret asal
dimainkan dengan halus agar tidak menutupi suara melody (lihat petunjuk
pemakaian bass dan melody contra).
BASS
: Alat ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.
SUSUNAN ALAT
Lengkap (9 pemain) : Melody - Depan tengah Bass -
Belakang kiri Cello - Belakang kanan Alat yang lain tergantung lebar panggung
(2 atau 3 baris) dengan memperhatikan fungsi alat (Tenor & Alto).
NADA NADA DASAR
Nada nada dalam alat kolintang sebagai berikut:
C = 1 3 5 Cm = 1 2 5
D = 2 4 6 Dm = 2 4 6
E = 3 5 7 Em = 3 5 7
F = 4 6 1 Fm = 4 5 1
G = 5 7 2 Gm = 5 6 2
A = 6 1 3 Am = 6 1 3
B = 7 2 4 Bm = 7 2 4
Sedangkan chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord
tersebut diatas, seperti C7 = 1 3 5 6, artinya nada do diturunkan 1 nada maka
menjadi le . Sehingga saat membunyikan 3 bilah dan terdengar unsur bunyi nada
ke 7 dalam chord C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan
chord yang lain.
CARA MEMEGANG PEMUKUL/ STICK KOLINTANG
Memegang Pemukul Kolintang, memang
tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan
tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang stick kolintang dilakukan dengan
cara :
No.1 Selalu di tangan kiri
No.2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk)
No.3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis)
.
Agar pemukul no.2 dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan
menjauh dari no.3, sesuai dengan accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan
disesuaikan dengan ketukan dan irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki,
ciri tertentu sesuai fungsi didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan
alat Melody umumnya hanya menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman
pada tangan. ( Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal
pemukul stick masing masing alat kolintang)
Teknik Dasar memainkan stick pada bilah kolintang sesuai
alat dan jenis irama
Dari sekian banyak irama dan juga lagu yang ada, beberapa
lagu sebagai panduan untuk memainkan alat musik kolintang disertakan dalam
materi ini.
Seperti: • Sarinande • Lapapaja • Halo halo Bandung • Besame
Mucho Lagu lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan
irama. Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord
untuk memudahkan memahami alat musik kolintang.
Demikian pula dengan teknik memukulkan stick pada bilah
kolintang. Karena sesuai irama yang beraneka ragam, maka untuk menghasilkan
irama tertentu maka teknik memukulkan stik pada tiap alat pun berbeda beda.
Pada materi ini, diberikan teknik teknik dasar cara memukulkan stick pada
kolintang. Untuk dapat memahami teknik, dibutuhkan pengetahuan akan harga dan
jumlah ketukan dalam setiap bar nada. Dan berbekal pengetahuan dasar dasar
bermain kolintang ini saja, ditambah dengan bakat individu, maka grup/ kelompok
musik kolintang telah dapat memainkan berbagai jenis lagu dengan tingkat
kesulitan yang variatif secara spontan.
2.3
Fungsi Musik Tradisional Kolintang
1. Sarana
upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara-
upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan
kenegaraan. Bunyi-bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat memungkinkan
untuk mendukung upacara budaya ( Ritual). Di beberapa daerah, bunyi yang
dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis.
Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat
masyarakat. Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa musik
tradisional dapat berfungsi sebagai sarana dalam suatu upacara budaya (Ritual).
2. Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi
dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat
antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah
mereka, mereka akan berbondong- bondong mendatangi tempat pertunjukan untuk
menonton.
Pada jaman dahulu, pada masa kerajaan memerintah di
daerah-daerah di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan yang datang maka akan
disambut oleh iringan-iringan musik tradisional sebagai upacara penyambutan dan
sebagai sarana penghibur bagi para tamu kerajaan untuk melepas lelah.
3. Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain
musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik,
mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka
mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri,
masyarakat, Tuhan, dan dunia.
4. Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang
memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi-
bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota
masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan
dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di
gereja.
Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi
antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat dari
genderang yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan ritme genderang
disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang jenderal
kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan,
dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa
musik dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi.
5. Pengiring Tarian
Musik dan tarian masing-masing mempunyai pola dan ritme yang
saling berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi irama musik maka akan terasa
hampa (kosong) dan menyulitkan bagi sang penari karena mereka tidak mempunyai
gambaran ritme dan tempo yang akan mereka gunakan untuk menuntun mereka dalam
menari.
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik
diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab
itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik
daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga
dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan
sebagainya.
6. Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik adalah sarana
penghidupan ekonomi mereka. Mereka dihargai lewat karya (lagu) yang mereka buat
dan yang mereka mainkan. Semakin bagus dan semakin populernya suatu karya seni
musik maka akan semakin tinggi penghargaan yang diberikan baik penghargaan
dalam bentuk materiil maupun moral.
Dalam dunia industri musik, para musisi yang bekerja sama
dengan industri rekaman, mereka akan merekam hasil karya mereka dalam bentuk
pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari
hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan
yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi
juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar
Indonesia yang dapat menghasilkan pendapatan bagi mereka.
7. Sarana Perang
Pada point nomer empat telah disinggung sedikit bahwa Pada
jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan
prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa
pada saat peperangan. Bunyi dan ritme genderang disini bermacam-macam sesuai dengan
perintah yang diberikan sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk
menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk
membantu strategi dalam berperang.
Selain digunakan sebagai strategi dalam berperang, musik
juga dapat membangkitkan semangat juang para prajurit. Dalam setiap kesatuan
militer pasti mempunyai Mars yang selalu mereka nyanyikan untuk meningkatkan
dan membangkitkan semangat dalam peperangan
2.3 Peran Musik Kolintang
Dalam membesarkan anak, banyak
faktor penting yang mendukung perkembangannya. Pola asuh orang tua merupakan
faktor utama. Tetapi, faktor luar juga dapat membantu, salah satunya melalui
musik.
Banyak penelitian telah dipublikasikan
pada beberapa tahun terakhir ini, menguatkan alasan bahwa pelajaran dan Kursus
Musik memiliki efek positif terhadap perkembangan otak anak. Maka, akan baik
jadinya apabila sejak usia dini, buah hati anda dapat diperkenalkan dengan
musik.
Usia yang ideal untuk memulai belajar
atau kursus musik antara 3-6 tahun. Usia tersebut merupakan waktu terbaik untuk
perkembangan pendengaran. Beranjak ke usia 8-9 tahun, otak kanan dan kiri.
Apabila diberikan pendidikan kursus musik sebelum usia 8 tahun, maka dapat
membantu meningkatkan kecerdasan anak.
Musik dipercaya dapat membantu
perkembangan mental anak, meningkatkan koordinasi fisik, dan menambah
keterampilan berbahasa. Selain itu kursus musik dapat membantu meningkatkan
kemampuan matematis dan sosial, melatih daya ingat dan juga kreativitas si buah
hati.
Langkah awal untuk mengenalkan musik
kolintang pada anak dapat berupa mengajak anak untuk mendengarkan musik saat
sebelum tidur. Saat tersebut bisa anda pakai dengan memutar kaset atau compact
disc (CD) lagu atau musik instrumental yang membuat relaksasi, sembari membaca
buku cerita. Kaset untuk anak bisa juga berupa cerita dongeng dilengkapi
diiringi bunyi-bunyian dan musik pengiring. Anda pun dapat melatih system
motorik si kecil dengan mengajaknya untuk memeragakan cerita yang dibawakan.
Selain melalui pendengaran CD, Anda
dapat membawa sang buah hati untuk belajar di tempat kursus musik. Usia dini
adalah momen yang baik untuk mengenalkan musik. Kursus musik mempunyai banyak
manfaat, mulai dari perkembangan otak hingga mengontrol emosi anak. Manfaat
lainnya, meningkatnya kemampuan bersosialisasi diawali dengan interaksi si anak
dengan pengajar dan dengan teman-teman di tempat kursus musik.
Hal lain yang didapat dari bermain
musik ialah melatih empati dan menumbuhkan musikalitas anak dengan menggunakan
lagu dan gerakan-gerakan yang merangsang koordinasi bagian otak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Music tradisional Kolintang adalah
music perkusi yang berasal dari Minahasa, Sulawesi utara. Music yang terbuat
dari kayu dan bunyinya dapat mencapai nada-nada yang tinggi. Petrus kaseke
adalah salah satu tokoh yang berhasil mempopulerkan Kolintang sejak dia kecil.
Kolintang juga dapat dibuat sebagai music pengiring ritual-ritual agama
kristen. Untuk memainkan kolintang dengan maksimal harus latihan dengan
cara-cara yang kami sebutkan di atas tadi. Dan alat-alatnya meliputi
melody,alto,ukulele,tenor, dll.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini
penyusun mengharapkan para pembaca bisa mengetahui,memahami, dan memainkan musik
kolintang. Untuk bisa memahami dan memainkan musik kolintang di perlukan
kekompakan dan latihan yang cukup bagus. Dan juga membutuhkan pikiran yang
fresh agar tidak ada kesalah pahaman dalam memainkan karena kolintang itu
dimainkan secara bersama. Kita boleh memainkan dan menyukai alat musiknya tapi
jangan berpindah agama hanya karena sejarah music ini.