Tanaman
Obat Temulawak
Disusun
untuk memenuhi tugas Biologi
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami membahas mengenai Tanaman Obat Temulawak.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Banjar, 10
April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia
memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah, diantaranya adalah hutan tropis
yang mempunyai keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Sumber daya flora
di wilayah Indonesia diperkirakan sekitar 30-40 ribu spesies, diantaranya
dikatagorikan sebagai tumbuhan obat (Wijayakusuma, 2007).
Saat ini, masyarakat semakin
luas menggunakan tumbuhan obat dalam mengatasi masalah kesehatannya dari pada
menggunakan obat-obatan moderen. Hal ini menandai adanya kesadaran untuk
kembali ke alam (back to nature), dengan memanfaatkan produk-produk
alami yang diyakini memiliki efek samping yang relatif lebih rendah
dibandingkan obat moderen.
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan menggunakan
obat-obatan alamiah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral.
Mereka meramu dan meraciknya sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan
secara turun-temurun oleh generasi sebelumnya (Dalimartha, 2007).
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai tanaman obat,
diantaranya memiliki efek farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor),
meningkatkan nafsu makan, antiradang, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum),
dan mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, dan disentri
(Wijayakusuma, 2007). Namun mekanisme kerja temulawak dalam mengatasi diare
sampai saat ini belum diketahui.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai mekanisme
kerja infus rimpang kunyit dalam mengobati penyakit diare, yang menunjukkan
bahwa infus rimpang kunyit bekerja sebagai spasmolitik dengan cara antagonis
nonkompetitif terhadap reseptor kolinergik (Wahyu,1985).
Temulawak dan kunyit merupakan tanaman yang sama-sama
tergolong dalam suku zingiberaceae. Kedua tanaman ini memiliki kandungan
senyawa kimia yang diketahui mempunyai keaktifan fisologi diantaranya
kurkuminoid dan minyak atsiri (Ban,1985).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
penelitian tersebut di atas, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dan
menjadi kajian dalam penulisan makalah ini adalah: “Apa saja manfaat tanaman
temulawak bagi manusia”.
1.3 Maksud dan Tujuan
Penulisan
Maksud dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas Pramuka.
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja
manfaat temulawak.
1.4 Kegunaan Penulisan
Dengan
penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
penulis ataupun pembaca dan menjadi referensi bagi penulis lain.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti.
Kerangka pemikiran ini dimulai dengan mengedepankan pengertian serta kegunaan.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar makalah ini dapat dipahami
pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan makalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar
belakang, identifikasi masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bersikan manfaat temulawak.
BAB IV PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan serta saran-saran
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Sejarah Singkat
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede
sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan
tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini
selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India,
Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eropa.
2.2 Uraian Tanaman
Klasifikasi :
v Divisi : Spermatophyta
v Sub divisi : Angiospermae
v Kelas : Monocotyledonae
v Ordo : Zingiberales
v Keluarga : Zingiberaceae
v Genus : Curcuma
v Spesies : Curcuma xanthorrhiza
ROXB.
Deskripsi :
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari
1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang
terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang
mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset,
warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 –
84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai
9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi
atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu,
panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan
4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung
yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.
2.3 Manfaat Tanaman
Di Indonesia satu-satunya bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini
mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak
asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi.
Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan
nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah
kanker, dan anti mikroba.
2.4 Sentra Penanaman
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam
skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit
menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap
daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan
temulawak terutama di lahan yang teduh.
2.5 Syarat Pertumbuhan
1.
Iklim
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan
yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun
tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah
tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara
19-30 oC. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000
mm/tahun.
2.
Media Tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun
tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang
optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan
demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara
yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung
bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
3.
Ketinggian Tempat
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000
m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati
tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian
240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang
hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di
dataran sedang.
2.6 Manfaat Temulawak
1. Mengatasi gangguan pencernaan
Macam-macam
gangguan kesehatan di saluran pencernaan seperti perut kembung, dyspepsia, dan
indisgestion dapat diatasi dengan temulawak. Di tahun 2006, Clinical
Gastroenterology and Hepatology menyatakan bahwa pasien yang mengalami gangguan
kesehatan pada ulcerative colitis mendapati penyakitnya semakin membaik dengan
mengkonsumsi suplemen temulawak secara teratur.
2. Meringankan osteoarthritis
Manfaat
kesehatan yang kedua ini ternyata sudah masyur di India sejak ribuan tahun yang
lalu. Temulawak, atau yang biasa dikenal dengan sebutan curcuma, memiliki
kemampuan untuk meredakan peradangan, seperti osteoarthritis tersebut.
3. Mengatasi Kanker
Temulawak
juga efektif dalam mengatasi penyakit kanker, seperti kanker payudara, usus,
dan prostat. Dari jurnal ilmiah “The Prostate”, diketahui bahwa kandungan
curcumin dalam temulawak dapat menghambat pertumbuhan kanker prostat. The
University of Maryland Medical center menjelaskan hal tersebut dengan membuat
hipotesis bahwa curcuma bekerja menghentikan pembuluh darah yang menyuplai
pertumbuhan kanker.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Rimpang temulawak dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya
memiliki efek farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor),
meningkatkan nafsu makan, antiradang, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum),
dan mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, dan disentri
Temulawak ternyata sangat mudah ditanam karena lokasi
penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Maka
kita bisa memanfaatkan lahan kecil yang tidak terpakai untuk penanaman
temulawak ini.
3.2. Saran
Obat
tradisional temulawak sangat mudah di tanam, melihat manfaatnya yang sangat
berarti, maka kita diharapkan mampu memanfaatkannya sebagai obat tradisional
yang sangat mudah didapatkan. Oleh karena itu mari kita mencintai dan
membudidayakan tanaman obat temulawak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1994. Hasil
Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
Anonimous. 1989. Vademekum
Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
411 Hal.
Anonimous. 2001. Profil
Tanaman Obat di Kabupaten Sumedang. Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Hal. 37.
Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Temulawak: Tanaman rempah dan obat. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Sardiantho. 1997. Empat
Tanaman Obat untuk Asam Urat. Trubus No. 331 Jakarta, Februari 2000
Sumber: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor :
Kemal Prihatman